Legenda Ajian Rawa Rontek

Siapa yang tak kenal Si Pitung. Ya, dia adalah pendekar asal Betawi yang sangat melegenda. Sosoknya begitu disegani baik oleh kawan maupun lawan. Maka dari itu, tak salah jika sekarang Pitung menjadi ikon kuat bagi kota Jakarta yang dulunya bernama Batavia. Sebagai pendekar, Pitung sudah pasti disegani karena ilmunya yang tinggi. Dan salah satu ilmu andalan sang jagoan adalah ‘Rawa Rontek.’

Konon dengan ilmu tersebut Pitung bisa menyerap semua energi yang dimiliki oleh lawan tarungnya, selain itu dengan ilmu tersebut dia juga bisa menghilang. Tapi menurut cerita, karena ilmu luar biasa itu juga lah Pitung tetap membujang atau tidak menikah sampai akhir hayatnya (diperkirakan 40 tahun).

Secara bahasa, “Rawa Rontek” sendiri dapat diartikan “kepala putus”. Ya, jika seseorang mengusasi ilmu ini, maka dia akan kebal terhadap berbagai macam senjata, racun bahkan ilmu santet. Tapi terdapat cela, di mana lama kelamaan si pemilik akan mudah tersulut emosi dan cenderung berbuat kejahatan ataupun tindakan anarkis. Konon, itu terjadi karena sel-sel tubuh pemilik dipengaruhi oleh jin jahat yang bersemayam.

Untuk tingkatan, ilmu rawa rontek sendiri terbagi menjadi tiga. Di tingkat terendah jin baru bersemayam di aura sehingga si pemilik akan kebal terhadap pukulan dan bacokan.

Pada tingkat menengah jin sudah menempel di kulit pemilik. Itu menyebabkan dia bakal tahan terhadap senjata api karena kulitnya sudah mengeras layaknya batu karang.

Di tingkatan paling tinggi, jin sudah merasuk ke sel-sel tubuh. Kondisi itu membuat si pemilik mampu membangkitkan tenaga dalam dan merekayasa percepatan regenerasi sel-sel tubuh.

Menurut cerita, pemilik ilmu rawa rontek bisa dengan mudahnya menyambung kembali setiap anggota tubuhnya apabila terputus. Tapi bukan berarti itu tak bisa disiasati. Supaya anggota tubuh itu tak bisa kembali tersambung maka harus dibakar atau digantung sehingga tidak menyentuh tanah.

Terdapat pula ilmu yang sejenis dengan rawa rontek yakni ajian pancasona. Bisa dikatakan ajian pancasona ini berpangkal kepada rawa rontek, namun telah diputihkan alirannya. Konon untuk menguasai ajian pancasona lebih sulit ketimbang rawa rontek karena terdapat repalan khusus dan kesediaan berpuasa Senin-Kamis selama 7 bulan dan 3 hari kemudian dilanjutkan dengan puasa 40 hari berturut-turut dan tidak tidur 24 jam dalam keadaan bersih.

SUMBER